Suami Dilecehkan Istri

Monday, December 28, 20150 comments

Suami Dilecehkan Istri



 Aku berniat dan berusaha mencari pekerjaan yang lebih prospektif dengan gelarku yang dobel nanti, apalagi aku sudah beristri. Kami tinggal di sebuah rumah kecil milik mertuaku yang terletak lumayan jauh dari rumah orangtua dan mertuaku. Sebagai pasangan pengantin baru yang relatif muda, usiaku 27 tahun dan Widya 22 tahun, tetangga baruku telah maklum dan banyak membantu kami dalam aktivitas sehari-hari.

Aku dan Widia tidak terlalu dekat sedari kecil, kami jarang mengobrol dan hanya mengangguk tersenyum seadanya kalau berpapasan. Namun kedua orangtua kami sangat akrab, hingga akhirnya kami dijodohkan. Ayahku menilai Widia sebagai istri yang pantas untukku apalagi orangtuanya yang sekarang jadi besannya termasuk seorang pengusaha di daerah kami. Entah apa yang dipikirkan mertuaku mau menjadikanku menantu, selain berkuliah hingga 2 kali sebenarnya di lingkungan tetanggaku aku tidak terlalu pandai bergaul, pekerjaan tidak prospektif masih bergantung pada orangtua, penampilanku pun standar dengan tinggi badan yang pendek.

Widia sendiri adalah seorang gadis berpenampilan rata-rata dibandingkan mahasiswi di tempatku S1 dulu ataupun murid-murid SMEA yang kuajar, namun setahuku dia sudah berpenghasilan dari usaha berdagang pakaian reseller via internet. Tubuhnya sedikit lebih tinggi dariku (168 cm) dengan rambut panjang bergelombang, kulit berwarna cerah dan aset buah dada 32B. Yang bisa kubanggakan dari istriku adalah pinggang dan bokongnya yang sangat membentuk, langsing di sekitar pinggang namun melebar di pinggul dan pantat dengan proporsional.

Pada malam pertamaku dengan Widia, aku melepaskan keperjakaanku pada memek wanita itu di usiaku 27, setelah bertahun-tahun hanya bisa onani. Di persetubuhan kami yang pertama, aku melakukannya dengan terburu-buru hingga hanya beberapa genjotan didalam jepitan vagina istriku aku ejakulasi. Kemudian aku menahan tempo dengan melayani istriku dengan permainan oral / mandi kucing, menjelajahi betis mulusnya, paha, pinggul, payudara, ketiak, leher, wajah dan kuentaskan dengan mengoral vaginanya dengan liar hingga Widia terengah-engah dilanda birahi serta orgasme.

Kujilati habis juice orgasme yang keluar dari liang vaginanya bercampur dengan air mani yang kutembakan di dalam sana. Setelah berkumur-kumur, kami berciuman dan menghabiskan malam dengan sekali lagi bersetubuh lalu tidur pertama kali sebagai pasangan suami istri.

Yang dapat kutangkap dari persetubuhanku dengan Widia, pada malam pertama kami dia sudah bukan perawan. Tampak dari tingkahlakunya di ranjang yang sangat terampil melaksanakan tugas sebagai istri di ranjang, sementara aku masih sangat kaku. Sebulan dua bulan pernikahan kami, hubungan seks sangat intense hingga fokusku selama itu hanya berejakulasi di vagina Widia, sukur-sukur bisa bikin dia orgasme. Diluar itu, Aku masih belum banyak menyinggung tentang hubungannya dengan mantan-mantannya dulu, kami selama ini hanya obrolkan hal-hal lain selain masa lalu.

Aku hanya bekerja pada hari Senin-Rabu, sisanya aku hanya diam di rumah kadang mengunjungi teman atau rumah orangtuaku, sementara jadwal Widia berkuliah dari Senin-Jumat. Widia sangat menghormati diriku sebagai suaminya, dia memanggilku Abang dan setiap akan berpergian dia selalu cium tangan padaku.

Hingga suatu hari aku kedatangan kakak iparku laki-laki yang sebaya denganku, aku baru diceritakan tentang dua mantan pacar istriku: seniornya bernama Ardi yang pacaran 3 tahun lebih, dan Lutfi temannya berorganisasi di sebuah komunitas luar kampus. Kakak iparku tidak tahu pasti kenapa Widia putus dengan mantannya, padahal setaunya mereka sudah lumayan dekat sebelum akhirnya Widia kunikahi.

Jumat malam pukul 22.00 istriku baru pulang dari kuliahnya, dia beralasan pergi dengan teman-temannya mengerjakan tugas. Alasan klise yang seringkali kupakai sejak SMP saat pulang keluyuran, saat itu aku belum tidur masih berselancar di internet mendownload gambar dan cerita tentang “cuckold” yang belakangan ini membuatku tertarik. Meskipun mayoritas konten yang kudapatkan dari barat, namun sensasi menggairahkan bisa kudapat lewat gambar gambar pasangan suami istri, sang suami memakai pakaian dalam istrinya, sementara pria lain yang lebih maskulin menggenjotkan penis di liang vagina istri si cuckold, si cuckold hanya membersihkan dengan jilatan sisa sperma yang diejakulasikan pasangan istrinya di dalam vagina.

IIstilah-istilah juga kupelajari seperti Mistress (tuan wanita), Hotwife (istri yang ‘bersenang2 dengan pria lain’), Bull (lelaki pejantan yang menggagahi hotwife, biasanya negro), Slave (budak, biasanya diikat leher atau tangan kakinya dan memakai ball gag/ bola yang disumpalkan di mulut), Bimbo (perempuan yang biasanya berdada besar dan berbibir tebal sensual dengan tangan terikat betugas melayani laki-laki dengan seks dan oral seks), Chastity Chest (alat dari kaca berukuran kecil yang dipasangkan ke penis cuckold lalu digembok sebagai hukuman, menjaga penis si cuckold tidak ngaceng).

Sebelum aku dan istriku tidur, diam-diam kukopikan file-file porno tentang cuckolding ke laptop Widia dengan nama folder, “Hadiah untuk Istri”. Belakangan setelah menikah, aku dan istriku tidur hanya bercelana dalam saja, di tengah malam kadang dia mencumbui aku yang tertidur dengan melakukan BJ yang membangunkanku kemudian berlanjut dengan seks. Namun, selama ini genjotan penisku pada vaginanya tidak mampu buat dia orgasme. Dia orgasme hanya dengan jemariku atau permainan mulutku di vaginanya.

Esok harinya setelah agak siang, Widia baru membuka laptopnya dan mendapati folder yang kukopikan.

“Bang, abang kok kopiin gambar-gambar porno sih ke laptop adek? Jijik banget tau gak”
“Rame tau dek, buka aja gambarnya ada caption tulisannya disitu… Adek ngerti bahasa Inggriskan, coba deh baca… bagus loh ceritanya”
“Ih… Ini isinya suami istri tapi suaminya tititnya kecil ya bang, jadi istrinya dipake sama cowo lain didepan suaminya”
“Sebagian besar kaya gitu, buka aja gambar yang lain… Suaminya bantuin jilat vagina istrinya sama kantung zakar pacar istrinya pas mereka bersetubuh malah terus ngejilatin sisa sperma di vagina istrinya… Menurut kamu gimana dek?”

Dengan wajah memerah karena malu mungkin, atau juga nafsu. Widia memukul lenganku dengan tangan lembutnya “Kasian bang, suaminya… Tapi istrinya kayanya enak tuh… Gila dasar orang bule kelakuannya ya bang?”

“Itu sih bisa jadi bohongan, cuma buat kepentingan perusahaan felm porno jadi mereka bukan suami istri beneran, tapi kayanya ada juga sih sebagian yang memang suami istri beneran…”
“Adek hapus aja ya bang… Gak suka adek sama isinya”
“Terserah adek deh,”

Sambil duduk di karpet lantai depan TV mencheck lapak dagangan onlinenya, Istriku tampak sensual dengan kaos longgar dan celana pendek yang juga longgar. Aku usil merebahkan kepalaku diatas pahanya sambil diatasnya tangan Widia menari pada keyboard. Aku mengarahkan kepalaku ke arah perutnya sambil usil tanganku mengelus paha dan perutnya. Kuminta Widia untuk mengangkat pantatnya sebentar melorotkan celana pendeknya dari pantatnya. Dengan begitu aksesku pada vaginanya bisa langsung tanpa terhalang ban celana yang sudah turun dari pinggang. Dan kudapati vagina Widia udah basah oleh tayangan gambar cuckolding yang sempat dia lihat!

Beberapa menit aku hanya mengelusi daerah pubis / jembut Widia sambil kepalaku berbaring di atas pahanya. Aku masih malas beraktifitas.

“Dek… Ngerjain apaan sih kemarin kok pulangnya malem gitu?”
“Emm… Itu tugas kampus, sama si Risa… Abang kan tau dia rumahnya jauh” Agak terputus-putus istriku menjawabnya
“Oh.. Yaudah kalo gitu… Abang sayang sama Adek, tau gak… Tapi Abang ingin ngebahagiain Adek… Abang tau Adek nikah karena nurut orangtua, kalau Adek masih cinta sama mantan pacar Adek… Adek boleh kok pacaran sama dia lagi asal bawa mantannya Adek ke rumah ini biar Abang bisa liat”

Telingaku dijewernya lalu pipiku dicubitinya juga,

“Ih… Abang, gak salah ngebahagiain Adek tapi minta istrinya selingkuh”
“Tau gak dek, habis nikah Abang selalu minum obat-obat kejantanan pria, tapi hasilnya selalu gak mampu bikin Adek bahagia… Abang sedih kalau Adek sedih”
“Adek gak kecewa kok sama permainan abang. Tapi kalau Abang pengennya gitu, Adek deketin lagi mantannya Adek deh biar mau datang kenalan sama Abang”
“Makasih ya dek, muach…” Aku mengangkat kepalaku dan menjelajahi rimbunan pubis Widia sambil mendorongnya telentang menjauh dari laptopnya di meja, kuhisap labianya serta klitorisnya yang semakin basah sambil tanganku meremasi buah dada yang masih terbungkus kaos.

Widia mengerang keenakan dengan agresiku pada badannya, hingga aku mengangkat badan mengarahkan penis ke liang vaginanya menggenjotnya namun beberapa menit kemudian berejakulasi menyisakan Widia yang masih nanggung dilanda berahi.

Sambil bangkit, ke kamar mandi. Kubiarkan istriku telentang sambil jarinya menggosok-gosok kelamin sendiri dan satu tangannya meremasi payudara sendiri.

“Dek… Itu cupangan di lehermu bukan dari abang kan? kemarin pagi abang gak lihat ada cupang disitu, bukan abang yang bikin.”

Deg… Widia terdiam mengetahui aksinya kemarin terbongkar olehku, dia bangun duduk di karpet menolehku yang tersenyum padanya dengan hati perih.

Setelah beres mandi, Widia dengan wajah sedih sedikit terisak bercerita kejadian sesungguhnya kemarin. Dia berulangkali minta maaf padaku sebenarnya dia pergi dengan Lutfi, mantannya ke rumah teman yang biasa dipakai untuk ML. Rumah temannya itu sepi, sudah biasa dipakai teman-teman Lutfi ML sama pacar-pacarnya. Ada tiga kamar disana, Lutfi membayar sewa kamar dengan sebungkus rokok. Dia mengaku ketiduran setelah dari siang bertempur di atas ranjang dengan Lutfi, baru jam 9 mereka mandi dan bergegas pulang.

Sambil menangis Widia memelukku minta maaf karena masih mencintai Lutfi.

“Emang tititnya Lutfi gede ya dek?”
“Lumayan sih bang, Adek bisa multi orgasme kalo ML sama dia”
“Ya udah, bawa sini aja… Adek ML lagi sama dia, abang bantuin biar Adek sama Lutfi puas.”

Minggu hari pukul 4 sore, Lutfi benar-benar datang dijemput Widia ke kompleksnya. Setelah bersalaman denganku, tangan Widia masih merangkul pada tangan Lutfi saat masuk ruang tamu. Aku siapkan minuman untuk tamuku itu lalu berbincang dengannya. Sementara Widia membisu sambil tangannya menarik tangan Lutfi agar dirangkulkan pada badannya.

“Lutfi bukan temen kuliahnya Widia?”
“Bukan bang, aku temennya di komunitas pedagang online. Kami kopdar bulan 10 kemaren, terus bulan 11nya jadian… 5 bulan pacaran sebelum Widia nikah sama abang”
“Kok Jumat kemaren bisa berduaan gitu?”
“Saya kangen bang sama Widia, kebetulan kami masih BBan jadi udah beberapa kali ketemu walau Widia udah nikah, maaf ya bang… Widia bilang dia terpaksa nikah sama abang, saya takut datang kesini tapi setelah Widia jelasin pengennya abang saya paham… Sekali lagi minta maaf ya bang”

Setelah kukunci pintu rumah dan menyalakan lampu luar, kuajak mereka ke kamar yang sudah kusiapkan. Seprai baru dengan wewangian seadanya dan tumpukan baju dan barang sudah kupindahkan ke ruang tengah membuat kamarku kini tampak seperti kamar pengantinku dulu bersih dan wangi eksotis.

Aku berinisiatif mulai membuka baju dan celanaku lalu mengambil celana dalam bekas milik Widia dan kupakai menutupi penisku yang mulai tegang.

“Silakan Dek, Lutfi… Bercintalah disini, Abang cuma liat dipinggir”
“Gapapa nih bang, hemmpfff” Lutfi mulai mencium bibir Widia dan perlahan tangan istriku menelanjangi Lutfi mengeluarkan penis yang dua kali ukurannya dari milikku.

Baju Widiapun dipereteli oleh Lutfi hingga akhirnya keduanya bertelanjang bulat. Kulit Lutfi yang tersengat matahari agak hitam di tangan dan kakinya namun sedikit coklat di sekitar pinggangnya. Sementara Widia sangat putih bercahaya sore itu berkeringat dilanda nafsu.

Lutfi terlentang di ranjang dan istriku memulai dengan posisi cowgirl menduduki penis Lutfi sambil membelakanginya. Aku bangkit mendekat dan kuarahkan tangan Widia mengusap penisku yang dibungkus celana dalam kecil pink miliknya…

“Lucu bang, pantes loh abang makenya… Imut”
“Adek juga pantes kok naekin titit Lutfi, gagah”

Aku bangkit mengarahkan kepalaku ke pantat Widia sambil vaginanya sesak dimasuki penis jumbo milik Lutfi. Kucolok dengan jari lalu kujilati pantatnya yang berbulu halus saat terangkat seiring gerakan pinggulnya yang bergerak memutar, naik turun dengan binal. Walau sulit aku berusaha menciumi lubang pembuangan milik Widia dan menghisapnya sebisaku lalu terdengar bunyi

“dut… dut… dut… pesss” Widia kentut saat wajahku masih menginvasi pantatnya,
“Sorry bang, abisnya enak pantat Adek diciumin abang, depannya juga dong bang”.

Biasanya saat kuoral seks, sesekali Widia emang mengentutiku, tapi saat itu sasaran utamaku adalah vaginanya, namun diatas perut Lutfi yang berbulu lebat, liang anusnya yang jadi sasaran utamaku.

Menuruti permintaannya badanku beralih kedepan Widia yang tampak sudah orgasme dengan menjerit tertahan sambil terus menggenjot penis Lutfi dari atas. Agak enggan aku mengarahkan wajah ke selangkangan Lutfi yang berbulu lebat, tapi melihat vagina Widia yang merah menduduki penis besar berbulu membuatku sangat terangsang. Ku jilati bagian atas vagina Istriku dan gerakan pinggulnya menjadi perlahan kedatangan wajahku.

Kujilati bibir vagina Widia yang terbuka karena dimasuki penis, hingga tak disengaja lidahku malah mengenai penis itu. Dengan agak naik mengangkat mulutku, aku memeluk pinggang Widia erat-erat mengarahkan lidahku dibagian atas vaginanya menstimulasi klitoris.

Setelah agak nyaman, kucubit pantat Widia dan pinggulnya menggila kembali naik turun dengan bertenaga meraih orgasmenya diatas penis Lutfi yang masih perkasa. Dengan posisi sulit seiring genjotan penis Lutfi yang tangannya memegangi pantat dan paha Widia, aku jilati juice orgasme istriku. hingga ke kantung zakar Lutfi yang berbulu lebat, kukecupi cairan milik vagina Widia.

“Ah…. Wid, Bang… Aku nyampe…”

Pantat Lutfi menegang dan terangkat-angkat saat dia ngecret di dalam vagina Widia, aku terus menjilati air mani yang keluar dan kukumpulkan di mulutku dengan perasaan agak jijik. Sebagian air mani itu tertelan olehku namun aku berusaha menyisakannya untuk ku transfer ke kerongkongan Widia.

Badan Widia lunglai terlepas dari atas kelamin Lutfi yang mulai menciut usai ngecret, kujilati cairan dan gumpalan sperma di vagina Widia, lalu bangkit memaksakan mulut Widia terbuka dan meludahkan sisa isinya dari mulutku ke mulut Widia. Aku menciuminya setelah itu lalu kututup rapat mulut Widia seusai mentransfer cairan klimaks Widia dan Lutfi. Aku bangkit dan minum air berkumur-kumur dengan perasaan perih namun juga bahagia setelah obsesiku tercapai.

Setelah break sekitar 15 menit, kali ini Lutfi mendoggie Widia di atas ranjang. Aku memilih berada di depan mukanya menciumi wajahnya yang keenakan dengan sodokan penis Lutfi.

“Makasih, bang… Adek sayang Abang… Jilatin lagi itil Adek bang… Enak…”
“iya dek… Abang senang, kamu puas sama servis Lutfi sama Abang”

Dengan agak enggan aku turun kebawah vagina istriku yang dari belakang disodoki penis Lutfi. Wajahku menekan area bawah perutnya sambil menjilat area itu yang masih terdapat sisa liurku disana dan air mani Lutfi, hingga istriku orgasme kembali.

Kali ini ketika Lutfi hendak berejakulasi, dicabutnya keluar dari vagina Widia hingga cairan juice orgasme Widia dengan rakus bisa kunikmati sesaat. Penis Lutfi ternyata diarahkan ke muka istriku dan aku bangkit menciumi pipi istriku yang mengoral penis Lutfi, kekasih hatinya. Lutfi melepaskan sperma di mulut Widia dan sebagian jatuh ke dagu dan badannya, Widia menelan semua yang ada dimulutnya lalu menciumi mukaku yang ada di sampingnya.

Lagi-lagi kumengecap bau anyir air mani Lutfi, aku membiarkan Istriku melepas hasratnya pada mulutku lalu meminta Istriku menaiki penisku, dengan menarik CD pink kecilnya, penisku terbebas dan kugenjot Widia secara misionaris dan hanya beberapa saat berejakulasi.

Aku kemudian meminta Lutfi dan Widia mandi karena waktu sudah malam, di kamar mandi dengan pintu tetap dibuka kulihat Lutfi masih kuat dan mereka kembali ML dengan berdiri, aku sangat bernafsu menjilati klitoris istriku namun aku tetap membersihkan ruang kamar serta sisa-sisa cairan yang membekas di ranjang.

Pukul 9 malam, Lutfi pulang dengan kembali berpakaian rapi dipeluk istriku yang masih bertelanjang. Lutfi lalu memelukku juga

“Makasih ya bang, abang baik banget… Lutfi gak akan lupa kebaikan abang”
“Sama-sama bro, makasih loh udah bikin Widia keenakan sama burungmu, punyaku gak bisa… Untung ada kamu, nanti lagi boleh kok kami pakai istriku ini, aku rela ikhlas…”

Begitulah kisah cuckolding pertamaku, dengan Istriku digagahi mantan pacarnya. Di kemudian hari, istriku mengajak serta dua orang teman cowo dari kampusnya dan beberapa teman SMA, istriku ketagihan dengan acara keroyokan. Saat mendapat multi orgasme, dia memeluk tubuhku sementara vaginanya dijejali penis orang lain. Aku jadi terbiasa membersihkan sisa-sisa persetubuhan di vagina istriku dengan lidah. Sementara saat penisku kujejalkan ke vagina Widia, terasa jauh lebih longgar dari sebelumnya dan aku hanya minta menuntaskan berahiku dengan handjob olehnya dan sesekali diBJ walaupun aku minder dengan penisku, biasanya Widia memblowjob penis yang ukurannya lebih besar.

Setiap sesi cuckold, CD dan bra bekas milik Widia menempel di tubuhku, kupakai CDnya dan branya. Kadang celana cangcut bekasnya kupakai dikepala sehingga aroma vaginanya bisa kuhirup dengan lebih puas. Teman kencan istriku sesekali mengejekku, mereka menganggap itu lucu sementara aku menganggap itu seksi. Sesekali Widia mengencingi wajahku saat lidahku bertugas membersihkan sisa pertesetubuhannya.

Pernikahan kami tetap langgeng apalagi dikaruniai seorang bayi perempuan berkulit agak gelap yang manis. Entah anak hasil benih siapa, karena selain dengan Lutfi yang minta jatah pada Widia hampir seminggu sekali, teman-temanku di kampus pascasarjana yang kuanggap macho dan bisa menjaga rahasia juga kuminta menggagahi Widia.

Suatu hari libur, di siang hari saat istriku menyusui datang Ardi, mantan pacar Widia yang mencari tahu keberadaan Widia dari teman-teman kampus. Teman-teman kampus tidak mengetahui kegiatan seks Widia dan suaminya yang menyimpang karena setiap lelaki yang membuahi vagina Widia sebelumnya sudah berjanji agar tidak ember, jaminannya adalah foto naked fullbody yang kusimpan untuk senjata tutup mulut. Sementara mereka tidak punya senjata untuk mengancamku dan Widia.

Ardi datang dan kuterima sambil berjabat tangan ke ruang tamu. Widia sesaat melihat Ardi langsung bangkit hingga tak sadar atau tak peduli kedua putingnya keluar dari kemeja yang dipakai saat menyusui bayi kami. Widia bercipika cipiki dengan Ardi sementara Ardi kikuk mendapati mantannya hampir topless menyambutnya.

“Bang, ini bang Ardi mantannya adek yang ambil keperawan adek pas baru masuk kuliah dulu loh bang?”
“Ih… Iya? kok ngomong gitu ke suami sendiri” tanya Ardi keheranan.
“Gapapa kok Ar (umurnya sebaya denganku), kami terbuka soal seks malahan welcome ke kamu, kalau kangen boleh kok nostalgia sama Widia di kamar”
“Iya bang Ardi, Widia kangen sama abang” tangan istriku nakal piknik meremas sesuatu di selangkangan Ardi.
“Sini biar bayinya, abang yang urus” Aku mengambil anakku dan mengajak sepasang mantan kekasih masuk ke kamar.

Di kamar, aku duluan yang bertelanjang, memperlihatkan penis dibawah standarku pada Ardi dan Widia yang mulai berangkulan mesra, seperti biasa kukenakan pakaian dalam milik Widia sebagai bentuk humiliation / penghinaan sementara bayi kami sudah kutidurkan.

Setelah Widia menyusulku polos membuka bajunya, Ardi menyusul dan ternyata penisnya terlihat sangat bengkok ke kiri dengan ukuran sebesar pisang ambon. Bulu jembutnya agak tipis hasil habis belum lama dicukur, Widia memblowjob penis tegang itu sebelum mengarakan penis bengkok itu ke vaginanya secara misionaris.

“Bang Ardi, masukin ke memek Iya… Iya udah kangen disodok titit bengkok”

Setelah masuk dan menggenjot beberapa kali, istriku orgasme sambil jemari kakinya kuhisap kuat-kuat. Lalu Widia bangkit dan beralih posisi menjadi spooning, pantatnya menekan selangkangan Ardi sementara penisnya menusuk dari belakang. Aku ikut dalam pacuan birahi dengan menciumi klitoris serta cairan orgasme Widia. Hingga Ardi tak tahan menumpahkan spermanya di jepitan vagina Widia, Widia mencabut penis dari vaginanya meminta bagianku untuk menjilati vaginanya yang ternoda peju miliknya dan Ardi.

“Bang, bang Ardi yang merawanin memeknya Adek… Adek ingin Abang juga diperawanin sama kontolnya bang Ardi, mau ya bang?”
“Deggg!!!” Jantungku berdegup kencang, “selama ini aku hanya dipaksa memberi servis oral pada penis-penis pasangan bercinta istriku hingga akhirnya terbiasa dan menikmatinya, kali ini liang anusku juga akan dimasuki batang penis, Hell No” fikirku dalam hati.
“Ayoolah bang, bool adek kan udah beberapa kali dipake sama pacar-pacar adek. Abang lihat sendiri kan disini pas Adek disodomi, sekarang adek pengen Abang rasain enaknya maen jalur belakang, plis bang” Widia bangkit menciumiku.

Siang itu aku melepas keperawanan pantatku pada Ardi sambil mulut Widia menciumi mulut Ardi saling hisap, lidah mereka saling membelit. Payudara Widia yang membesar shabis melahirkan diremas tangan Ardi hingga air susunya terbuang percuma mendarat di atas punggungku yang mengaduh.

Saat Ardi ejakulasi, Wajah Widia istriku turun mengocok, menghisap dan menjilati batang penis bengkok yang ternoda darah serta ampasku. Seksi! Air mani Ardi ditelan istriku sampai Ardi merasakan ngilu dengan hisapan di penisnya.

“Iya… kamu seksi banget, bahagia banget suamimu… Iya…”

Setelah Ardi pulang, malam harinya kami hendak tidur dengan hanya memakai celana dalam seperti biasa “Dek… Abang pengen masukin titit abang ke memeknya adek?”
“Masih perih memek adek bang, tadi siang dijejelin punyanya bang Ardi…, Jilatin aja memek adek ya bang… Love you…”




Share this article :

Post a Comment

Powered by Blogger.

Blog Archive

 
Support : Creating Website | Sentapoker | Sentapoker
Copyright © 2009. SentaNews - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sentapoker
Proudly powered by SentaPoker